Minggu, 23 September 2018

KERJASAMA DENGAN ROH KUDUS


Perubahan kodrat tidak mungkin terjadi atau berlangsung dalam kehidupan seseorang tanpa pertaruhan segenap hidupnya. Bila kita mengamati kehidupan Abraham yang menjadi teladan iman kita, dimana orang percaya diajar untuk memiliki iman seperti itu, Abraham memiliki respon yang positif kuat terhadap kehendak Allah (Kej. 15:6). 

Alkitab mencatat bahwa Abraham -bapa orang percaya- dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah. Abraham disebut sebagai sahabat Tuhan dan imannya diperhitungkan sebagai kebenaran, setelah ia menunjukkan imannya dengan perbuatannya (Yak. 2:21-23).

Respon Abraham nampak nyata dari sejak ia keluar dari Urkasdim. Itulah awal dari perjalanan iman Abraham. Dari langkahnya meninggalkan Urkasdim sampai ia menaati perintah Tuhan untuk mengorbankan anaknya Ishak sebagai korban bakaran, nampak nyata responnya terhadap Tuhan.

Kalau Abraham menolak meninggalkan Urkasdim,
ia tidak pernah menjadi nenek moyang umat pilihan Allah
dan dinyatakan sebagai bapa orang percaya.

Respon itu bukan hanya satu tindakan saja dan dalam satu kali peristiwa, juga tidak sesaat saja. Respon haruslah tindakan terus menerus, sebuah akumulasi (penumpukan atau pengumpulan) respon yang membawa seseorang kepada tingkat percaya yang murni, seperti yang dimiliki Abraham. 

Sejak Abraham keluar dari Urkasdim sampai hari tuanya, dimana ia harus mengorbankan Ishak, adalah rentetan pergumulan yang melaluinya Abraham disempurnakan. Dari hal ini iman Abraham baru teruji kemurniannya.

Respon di sini juga bukan hanya sebuah persetujuan pikiran bahwa kita setuju dengan apa yang Tuhan katakan, tetapi respon adalah tindakan konkret yang menunjukkan percaya kita kepada-Nya. Dengan demikian jelaslah bahwa iman bukanlah aktivitas nalar semata-mata tetapi tindakan konkret. Iman tidak hanya di pikiran atau di bibir, tetapi dalam seluruh wilayah hidup dan di sepanjang waktunya. 

Apakah Abraham melakukan semua perintah dan kehendak Allah karena Tuhan yang menggerakkannya secara mutlak, sehingga sekalipun Abraham tidak berminat melakukannya pun ia akan tetap akan melakukannya, sebab Tuhan menghendaki?

Tentu tidak. Abraham memang memilih untuk taat. Itulah sebabnya ia disebut sebagai sahabat Allah. Ia bukan sahabat paksaan atau sahabat buatan -karena terpaksa atau karena tekanan- tetapi dengan rela Abraham mau menjadi sahabat Tuhan dengan segala harga yang harus dibayar. 

Dengan demikian harus dimengerti bahwa iman bukanlah anugerah gratis, tetapi tindakan dari keputusan atau pilihan inividu yang bersedia menuruti kehendak-Nya.

Respon bukanlah ucapan bibir percaya atau setuju dengan apa yang diberitakan, tetapi iman juga dinyatakan dalam tindakan konkret. 

Dalam hal ini, kita dapat mengerti mengapa Yakobus menegaskan dalam suratnya sebagai berikut: Kamu lihat, bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna (Yak. 2:17-26). Iman sempurna melalui tindakan perbuatan nyata selama bertahun-tahun, sampai membangun sebuah iman yang murni. 

Tindakan-tindakan inilah yang sebenarnya disebut sebagai respon.

Dalam proses perubahan kodrat, Tuhan bekerja sangat aktif melalui Roh Kudus di dalam hati manusia yang menerima taburan kebenaran Firman Tuhan; tetapi bagaimanapun kecilnya, manusia juga memiliki respon yang sangat dihargai Tuhan. 

Itulah sebabnya panggilan untuk bertobat, bertumbuh, mendengar Firman Tuhan ditujukan kepada manusia agar manusia memberikan respon. Kalau respon manusia tidak dibutuhkan, maka Tuhan Yesus tidak perlu berseru agar manusia bertobat (Mat. 3:2; 4:17).

Di sini kita menemukan misteri yang tidak terpecahkan dengan mudah. Satu sisi Tuhan berkata bahwa kita harus mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar, tetapi sisi lain dikatakan bahwa Allahlah yang mengerjakan di dalam kita baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya 
(Flp. 2:12). 

Dua-duanya harus diakui: Bahwa Tuhan mengerjakan di dalam diri kita kehendak-Nya, tetapi di dalam diri kita juga harus ada kehendak kita sendiri yang dikobarkan untuk menyambut karya-Nya. 

Pada akhirnya, Terbentuknya kodrat Ilahi dalam kehidupan seseorang merupakan kerjasama antara Tuhan yang diwakili oleh Roh Kudus dengan orang percaya yang sungguh-sungguh memberi diri digarap oleh Tuhan.

Respon manusia terhadap anugerah agar memiliki kodrat Ilahi, dimulai ketika seseorang harus mau percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dalam persetujuan pikiran dan pernyataan bibir. Ini adalah langkah awal yang harus dilakukan dan nilainya mutlak. 

Banyak sarana yang dipakai Tuhan untuk membuat seseorang mengenal Dia. Tetapi setelah mengenal Dia, maka orang percaya harus mengisi atau menunjukkan percayanya dengan tindakan konkret.

Tindakan konkret itu adalah berjuang untuk mengubah kodrat, dari kodrat dosa ke kodrat Ilahi. Ini merupakan agenda satu-satunya dalam hidup ini dan perjalanan panjang yang harus dijalani sampai seseorang menutup mata.

Renungan bersama

Salam Maranatha
Tuhan Yeshua memberkati
Mith Grace

Pdt Dr Erastus Sabdono